Enuresis atau ngompol, sering terjadi pada Bayi ( usia muda ), karena mereka belum dapat mengatur proses b.a.k. Biasanya pada usia 3-4 tahun Balita sudah dapat diajarkan untuk pipis dan tidak ngompol lagi.
Ternyata pada uia yang lebih besar, Enuresis masih sering dijumpai.
Ada seorang pasien wanita, usia 16 tahun, saat datang berobat, sang Ibu yang mengantarnya mengeluh bahwa putrinya selain menderita Flu juga masih ngompol terutama pada malam hari sampai usia 16 tahun.
Pertanyaannya adalah mengapa orang tuanya tidak secepatnya membawa putrinya kepada dokter untuk memeriksakannya, seolah menyembunyikan penyakit yang diderita putrinya.
Di Panti yang merawat Manula, dari sekitar 18 warga Panti ada seorang Oma T, 71 tahun yang menderita Enuresis, baik siang maupun malam hari. Ibu Panti kewalahan juga merawatnya. Banyak pampers ( celana dengan penyerap air kecing ) untuk keperluan Oma itu.
Mendengar laporan tsb, saya memberikan resep ( juga bagi pasien Enuresis lainnya ) tablet T ( imipramine ), 1 tablet diminum sebelum tidur malam. Bila Enuresis terjadi siang dan malam, diberikan 3 x 1 tablet/hari.
Oma T mendapat obat ini sekitar 2 bulan dan setelah itu Enuresis berkurang dan ia dapat pipis dengan teratur. Keluhan selama minum obat ini tidak dijumpai.
Urusan pintu belakang ternyata juga sepenting urusan pintu depan.
Kalau tidak mau makan dan minum, maka buang air besar dan kecil juga akan terganggu. Bila tidak ada yang masuk melalui pintu depan, maka tidak akan ada yang keluar / berkurang banyak dari pintu belakang.
Orang bijak pernah berkata: kalau bikin rumah, selain ada pintu depan, juga harus dibuat pintu belakang. Apa gunanya? Kalau ada kebakaran rumah dan tidak bisa keluar melalui pintu depan, maka masih ada pintu belakang untuk menyelamatkan diri. Benar juga ya?
Deskripsi:
Enuresis adalah nama medis untuk mengompol, atau sengaja buang air kecil pada anak-anak yang belum bisa mengontrol kandung kemih mereka. Anak perempuan biasanya lebih cepat bisa mengontrol kandung kemihnya dibanding anak laki-laki. Diagnosis enuresis diperlukan pada anak perempuan yang berusia di atas lima dan untuk anak laki-laki yang berusia di atas enam yang masih mengompol. Beberapa jenis mengompol, antara lain:
enuresis diurnal--mengompol pada siang hari.
nokturnal enuresis--mengompol pada malam hari.
enuresis primer-- terjadi ketika anak tidak bisa kencing di toilet.
Pengobatan:
Pengobatan khusus untuk enuresis akan ditentukan oleh dokter berdasarkan:
- usia anak, kesehatan secara keseluruhan, dan sejarah medis
- kondisi anak sejauh mana kondisi
Enuresis adalah nama medis untuk mengompol, atau sengaja buang air kecil pada anak-anak yang belum bisa mengontrol kandung kemih mereka. Anak perempuan biasanya lebih cepat bisa mengontrol kandung kemihnya dibanding anak laki-laki. Diagnosis enuresis diperlukan pada anak perempuan yang berusia di atas lima dan untuk anak laki-laki yang berusia di atas enam yang masih mengompol. Beberapa jenis mengompol, antara lain:
enuresis diurnal--mengompol pada siang hari.
nokturnal enuresis--mengompol pada malam hari.
enuresis primer-- terjadi ketika anak tidak bisa kencing di toilet.
Pengobatan:
Pengobatan khusus untuk enuresis akan ditentukan oleh dokter berdasarkan:
- usia anak, kesehatan secara keseluruhan, dan sejarah medis
- kondisi anak sejauh mana kondisi
Sumber: disarikan dari berbagai sumber.
Inkontinensia Urine
September 13, 2008 oleh agungrakhmawan
Inkontinensia Urine (IU) atau dikenal dalam bahasa awan sebagai beser merupakan salah satu keluhan utama terutama pada penderita lanjut usia. Inkontinensia urine adalah pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah dan frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dan atau sosial…DEFINISI
Inkontinensia Urine (IU) atau yang lebih dikenal dengan beser sebagai bahasa awam merupakan salah satu keluhan utama pada penderita lanjut usia. Inkontinenensia urine adalah pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah dan frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dan atau sosial.Variasi dari inkontinensia urin meliputi keluar hanya beberapa tetes urin saja, sampai benar-benar banyak, bahkan terkadang juga disertai inkontinensia alvi (disertai pengeluaran feses).
ETIOLOGI
Seiring dengan bertambahnya usia, ada beberapa perubahan pada anatomi dan fungsi organ kemih, antara lain: melemahnya otot dasar panggul akibat kehamilan berkali-kali, kebiasaan mengejan yang salah, atau batuk kronis. Ini mengakibatkan seseorang tidak dapat menahan air seni. Selain itu, adanya kontraksi (gerakan) abnormal dari dinding kandung kemih, sehingga walaupun kandung kemih baru terisi sedikit, sudah menimbulkan rasa ingin berkemih. Penyebab Inkontinensia Urine (IU) antara lain terkait dengan gangguan di saluran kemih bagian bawah, efek obat-obatan, produksi urin meningkat atau adanya gangguan kemampuan/keinginan ke toilet. Gangguan saluran kemih bagian bawah bisa karena infeksi. Jika terjadi infeksi saluran kemih, maka tatalaksananya adalah terapi antibiotika. Apabila vaginitis atau uretritis atrofi penyebabnya, maka dilakukan tertapi estrogen topical. Terapi perilaku harus dilakukan jika pasien baru menjalani prostatektomi. Dan, bila terjadi impaksi feses, maka harus dihilangkan misalnya dengan makanan kaya serat, mobilitas, asupan cairan yang adekuat, atau jika perlu penggunaan laksatif. Inkontinensia Urine juga bisa terjadi karena produksi urin berlebih karena berbagai sebab. Misalnya gangguan metabolik, seperti diabetes melitus, yang harus terus dipantau. Sebab lain adalah asupan cairan yang berlebihan yang bisa diatasi dengan mengurangi asupan cairan yang bersifat diuretika seperti kafein.
Gagal jantung kongestif juga bisa menjadi faktor penyebab produksi urin meningkat dan harus dilakukan terapi medis yang sesuai. Gangguan kemampuan ke toilet bisa disebabkan oleh penyakit kronik, trauma, atau gangguan mobilitas. Untuk mengatasinya penderita harus diupayakan ke toilet secara teratur atau menggunakan substitusi toilet. Apabila penyebabnya adalah masalah psikologis, maka hal itu harus disingkirkan dengan terapi non farmakologik atau farmakologik yang tepat. Pasien lansia, kerap mengonsumsi obat-obatan tertentu karena penyakit yang dideritanya. Nah, obat-obatan ini bisa sebagai ‘biang keladi’ mengompol pada orang-orang tua. Jika kondisi ini yang terjadi, maka penghentian atau penggantian obat jika memungkinkan, penurunan dosis atau modifikasi jadwal pemberian obat. Golongan obat yang berkontribusi pada IU, yaitu diuretika, antikolinergik, analgesik, narkotik, antagonis adrenergic alfa, agonic adrenergic alfa, ACE inhibitor, dan kalsium antagonik. Golongan psikotropika seperti antidepresi, antipsikotik, dan sedatif hipnotik juga memiliki andil dalam IU. Kafein dan alcohol juga berperan dalam terjadinya mengompol. Selain hal-hal yang disebutkan diatas inkontinensia urine juga terjadi akibat kelemahan otot dasar panggul, karena kehamilan, pasca melahirkan, kegemukan (obesitas), menopause, usia lanjut, kurang aktivitas dan operasi vagina. Penambahan berat dan tekanan selama kehamilan dapat menyebabkan melemahnya otot dasar panggul karena ditekan selama sembilan bulan. Proses persalinan juga dapat membuat otot-otot dasar panggul rusak akibat regangan otot dan jaringan penunjang serta robekan jalan lahir, sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya inkontinensia urine. Dengan menurunnya kadar hormon estrogen pada wanita di usia menopause (50 tahun ke atas), akan terjadi penurunan tonus otot vagina dan otot pintu saluran kemih (uretra), sehingga menyebabkan terjadinya inkontinensia urine. Faktor risiko yang lain adalah obesitas atau kegemukan, riwayat operasi kandungan dan lainnya juga berisiko mengakibatkan inkontinensia. Semakin tua seseorang semakin besar kemungkinan mengalami inkontinensia urine, karena terjadi perubahan struktur kandung kemih dan otot dasar panggul.
PATOFISIOLOGI
Inkontinensia urine dapat terjadi dengan berbagai manifestasi, antara lain:
• Fungsi sfingter yang terganggu menyebabkan kandung kemih bocor bila batuk atau bersin. Bisa juga disebabkan oleh kelainan di sekeliling daerah saluran kencing.
• Fungsi otak besar yang terganggu dan mengakibatkan kontraksi kandung kemih.
• Terjadi hambatan pengeluaran urine dengan pelebaran kandung kemih, urine banyak dalam kandung kemih sampai kapasitas berlebihan.
Inkontinensia urine dapat timbul akibat hiperrefleksia detrusor pada lesi suprapons dan suprasakral. Ini sering dihubungkan dengan frekuensi dan bila jaras sensorik masih utuh, akan timbul sensasi urgensi. Lesi LMN dihubungkan dengan kelemahan sfingter yang dapat bermanifestasi sebagai stress inkontinens dan ketidakmampuan dari kontraksi detrusor yang mengakibatkan retensi kronik dengan overflow Ada beberapa pembagian inkontinensia urin, tetapi pada umumnya dikelompokkan menjadi 4:
1. Urinary stress incontinence
2. Urge incontinence
3. Total incontinence
4. Overflow incontinence
*Stress urinary incontinence terjadi apabila urin secara tidak terkontrol keluar akibat peningkatan tekanan di dalam perut. Dalam hal ini, tekanan di dalam kandung kencing menjadi lebih besar daripada tekanan pada urethra. Gejalanya antara lain kencing sewaktu batuk, mengedan, tertawa, bersin, berlari, atau hal lain yang meningkatkan tekanan pada rongga perut. Pengobatan dapat dilakukan secara tanpa operasi(misalnya dengan Kegel exercises, dan beberapa jenis obat-obatan), maupun secara operasi (cara yang lebih sering dipakai).
*Urge incontinence timbul pada keadaan otot detrusor yang tidak stabil, di mana otot ini bereaksi secara berlebihan. Gejalanya antara lain perasaan ingin kencing yang mendadak, kencing berulang kali, kencing malam hari, dan inkontinensia. Pengobatannya dilakukan dengan pemberian obat-obatan dan beberapa latihan. *Total incontinence, di mana kencing mengalir ke luar sepanjang waktu dan pada segala posisi tubuh, biasanya disebabkan oleh adanya fistula (saluran abnormal yang menghubungkan suatu organ dalam tubuh ke organ lain atau ke luar tubuh), misalnya fistula vesikovaginalis (terbentuk saluran antara kandung kencing dengan vagina) dan/atau fistula urethrovaginalis (saluran antara urethra dengan vagina). Bila ini dijumpai,dapat ditangani dengan tindakan operasi.
*Overflow incontinence adalah urin yang mengalir keluar akibat isinya yang sudah terlalu banyak di dalam kandung kencing akibat otot detrusor yang lemah.Biasanya hal ini dijumpai pada gangguan saraf akibat penyakit diabetes, cedera pada sumsum tulang belakang, atau saluran kencing yang tersumbat. Gejalanya berupa rasa tidak puas setelah kencing (merasa urin masih tersisa di dalam kandung kencing), urin yang keluar sedikit dan pancarannya lemah. Pengobatannya diarahkan pada sumber penyebabnya.
bersambung………………….. penatalaksanaan
RETENSIO URINE
1.P E NG ER TI AN
Retensio urine adalah kesulitan miksi karena kegagalan urine dari fesika urinaria. (Kapita Selekta
Kedokteran).
Retensio urine adalah tertahannya urine di dalam akndung kemih, dapat terjadi secara akut maupun
kronis. (Depkes RI Pusdiknakes 1995).
Retensio urine adlah ketidakmampuan untuk melakukan urinasi meskipun terdapat keinginan atau
dorongan terhadap hal tersebut. (Brunner & Suddarth).
Retensio urine adalah sutau keadaan penumpukan urine di kandung kemih dan tidak punya kemampuan
untuk mengosongkannya secara sempurna. (PSIK UNIBRAW).
2.ET IOL O GI
Adapun penyebab dari penyakit retensio urine adalah sebagai berikut:
y
Supra vesikal berupa kerusakan pada pusat miksi di medulla spinallis, Kerusakan saraf simpatis
dan parasimpatis baik sebagian ataupun seluruhnya, misalnya: pada operasi miles dan
mesenterasi pelvis, kelainan medulla spinalis, misalnya miningokel, tabes doraslis, atau spasmus
sfinkter yang ditandai dengan rasa sakit yang hebat.
mesenterasi pelvis, kelainan medulla spinalis, misalnya miningokel, tabes doraslis, atau spasmus
sfinkter yang ditandai dengan rasa sakit yang hebat.
y
Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, atoni pada pasien DM atau
penyakit neurologist, divertikel yang besar.
y
Intravesikal berupa pembesaran prostate, kekakuan leher vesika, striktur, batu kecil, tumor pada
leher vesika, atau fimosis.
y
Dapat disebabkan oleh kecemasan, pembesaran porstat, kelainan patologi urethra (infeksi,
tumor, kalkulus), trauma, disfungsi neurogenik kandung kemih.
y
Beberapa obat mencakup preparat antikolinergik â antispasmotik (atropine), preparat
antidepressant â antipsikotik (Fenotiazin), preparat antihistamin (Pseudoefedrin hidroklorida
=Sudafed), preparat penyekat β â adrenergic (Propanolol), preparat antihipertensi
(hidralasin).
=Sudafed), preparat penyekat β â adrenergic (Propanolol), preparat antihipertensi
(hidralasin).
3.TANDA DAN GEJALA
Adapun tanda dan gejala atau menifestasi klinis pada penyakit ini adalah sebagai berikut:
a) Diawali dengan urine mengalir lambat
b) Kemudian terjadi poliuria yang makin lama menjadi parah karena pengosongan kandung
kemih tidak efisien.
c) Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih
d) Terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri dan merasa inginBAK.
e) Pada retensi berat bisa mencapai 2000-3000 cc.
c) Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih
d) Terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri dan merasa inginBAK.
e) Pada retensi berat bisa mencapai 2000-3000 cc.
4.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Adapun pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada retensio urine adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan specimen urine.
b. Pengambilan: steril, random, midstream.
c. Penagmbilan umum: pH,BJ, Kultur, Protein, Glukosa, Hb, KEton, Nitrit
5.P E NA TA LA KS A NAA N
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada retensio urine adalah sebagai berikut:
a. Kateterisasi urethra.
b. Dilatasi urethra dengan boudy.
c. Drainage suprapubik
6.PATOF IF I OL OG I
Pada retensio urine, penderita tidak dapat miksi, buli-buli penuh disertai rasa sakit yang hebat di
daerah suprapubik dan hasrat ingin miksi yang hebat disertai mengejan.
Retensio urine dapat terjadi menurut lokasi, factor obat dan factor lainnya seperti ansietas,
kelainan patologi urethra, trauma dan lain sebagainya.
daerah suprapubik dan hasrat ingin miksi yang hebat disertai mengejan.
Retensio urine dapat terjadi menurut lokasi, factor obat dan factor lainnya seperti ansietas,
kelainan patologi urethra, trauma dan lain sebagainya.
Berdasarkan lokasi bisa dibagi menjadi supra vesikal berupa kerusakan pusat miksi di medulla
spinalsi menyebabkan kerusaan simpatis dan parasimpatis sebagian atau seluruhnya sehingga
tidak terjadi koneksi dengan otot detrusor yang mengakibatkan tidak adanya atau menurunnya
relaksasi otot spinkter internal, vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang,
intravesikal berupa hipertrofi prostate, tumor atau kekakuan leher vesika, striktur, batu kecil
menyebabkan obstruksi urethra sehingga urine sisa meningkat dan terjadi dilatasi bladder
kemudian distensi abdomen. Factor obat dapat mempengaruhi prosesBAK, menurunkan tekanan
darah, menurunkan filtrasi glumerolus sehingga menyebabkan produksi urine menurun. Factor
lain berupa kecemasan, kelainan patologi urethra, trauma dan lain sebagainya yang dapat
meningkatkan tensi otot perut, peri anal, spinkter anal eksterna tidak dapat relaksasi dengan
baik.
tidak terjadi koneksi dengan otot detrusor yang mengakibatkan tidak adanya atau menurunnya
relaksasi otot spinkter internal, vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang,
intravesikal berupa hipertrofi prostate, tumor atau kekakuan leher vesika, striktur, batu kecil
menyebabkan obstruksi urethra sehingga urine sisa meningkat dan terjadi dilatasi bladder
kemudian distensi abdomen. Factor obat dapat mempengaruhi prosesBAK, menurunkan tekanan
darah, menurunkan filtrasi glumerolus sehingga menyebabkan produksi urine menurun. Factor
lain berupa kecemasan, kelainan patologi urethra, trauma dan lain sebagainya yang dapat
meningkatkan tensi otot perut, peri anal, spinkter anal eksterna tidak dapat relaksasi dengan
baik.
Dari semua factor di atas menyebabkan urine mengalir labat kemudian terjadi poliuria karena
pengosongan kandung kemih tidak efisien.Selanjutnya terjadi distensi bladder dan distensi
abdomen sehingga memerlukan tindakan, salah satunya berupa kateterisasi urethra
pengosongan kandung kemih tidak efisien.Selanjutnya terjadi distensi bladder dan distensi
abdomen sehingga memerlukan tindakan, salah satunya berupa kateterisasi urethra
7.DIAGNOSA KEPERAWATAN
i.. Retensi urine berhubungan denganadanya hambatan urethra, kelemahan otot detrusor
ii.Nyeri akut berhubungan dengan radang urethra, distensi bladder
iii. Gangguan pola eliminasi urine berhubungan infeksi bladder, gangguan neurology,
hilangnya tonus jaringan perianal, efek terapi.
iv.. Resiko infeksi berhubungan dengan terpasangnya kateter urethra.
v.Ansietas berhubungan dengan status kesehatan
vi.Kurang pengetahuan tentang kondisi, kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak
v.Ansietas berhubungan dengan status kesehatan
vi.Kurang pengetahuan tentang kondisi, kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak
mengenal informasi masalah tentang area sensitive
Inkontinensia Usus
Ilustrasi: repro
Deskripsi
Inkontinensia tinja adalah ketidakmampuan untuk mengontrol buang air besar, menyebabkan tinja (feses) bocor tak terduga dari dubur. Inkonteinensia tinja juga disebut inkontinensia usus. Inkontinensia tinja berkisar dari terjadi sesekali saat duduk hingga sampai benar-benar kehilangan kendali.
Penyebab umum inkontinensia tinja termasuk sembelit, diare, atau kerusakan saraf. Inkontinensia tinja bisa terjadi karena sfingter anus yang lemah dikaitkan dengan penuaan atau cedera pada saraf dan otot-otot rektum dan anus.
Gejala
Umumnya, orang dewasa tidak megalami "kecelakaan buang air besar" ini kecuali mungkin sesekali ketika terserang diare parah. Tapi itu tidak berlaku bagi orang yang mengalami inkontinensia tinja, kejadian berak di celana itu berulang-ulang dan kronis. Gejalanya antara lain:
* Tidak dapat mengendalikan gas atau kotoran, yang mungkin cair atau padat, dari perut
* Mungkin tidak sempat ke toilet untuk tidak berak di celana.
Bagi beberapa orang, termasuk anak-anak, inkontinensia tinja adalah masalah yang relatif kecil, terbatas pada sesekali mengotori pakaian mereka. Bagi yang lain, kondisi bisa menghancurkan lengkap karena kurangnya kontrol usus.
Inkontinensia tinja bisa disertai dengan masalah usus lainnya, seperti:
* Diare
* Sembelit
* Kentut dan kembung
* Kram perut
Perawatan
Untungnya, perawatan efektif tersedia untuk inkontinensia tinja. Dokter umum kemungkinan dapat membantu mengatasi masalah. Atau juga bisa menemui dokter yang mengkhususkan diri dalam menangani kondisi yang mempengaruhi usus besar, rektum dan anus, seperti pencernaan, proktologis atau ahli bedah kolorektal. Pengobatan untuk inkontinensia tinja biasanya dapat membantu memulihkan kontrol buang air besar atau setidaknya secara substansial mengurangi keparahan kondisi.
Tergantung pada penyebab inkontinensia, pengobatan dapat mencakup perubahan pola makan, obat-obatan, latihan khusus yang membantu lebih mengontrol perut atau pembedahan.
Inkontinensia tinja adalah ketidakmampuan untuk mengontrol buang air besar, menyebabkan tinja (feses) bocor tak terduga dari dubur. Inkonteinensia tinja juga disebut inkontinensia usus. Inkontinensia tinja berkisar dari terjadi sesekali saat duduk hingga sampai benar-benar kehilangan kendali.
Penyebab umum inkontinensia tinja termasuk sembelit, diare, atau kerusakan saraf. Inkontinensia tinja bisa terjadi karena sfingter anus yang lemah dikaitkan dengan penuaan atau cedera pada saraf dan otot-otot rektum dan anus.
Gejala
Umumnya, orang dewasa tidak megalami "kecelakaan buang air besar" ini kecuali mungkin sesekali ketika terserang diare parah. Tapi itu tidak berlaku bagi orang yang mengalami inkontinensia tinja, kejadian berak di celana itu berulang-ulang dan kronis. Gejalanya antara lain:
* Tidak dapat mengendalikan gas atau kotoran, yang mungkin cair atau padat, dari perut
* Mungkin tidak sempat ke toilet untuk tidak berak di celana.
Bagi beberapa orang, termasuk anak-anak, inkontinensia tinja adalah masalah yang relatif kecil, terbatas pada sesekali mengotori pakaian mereka. Bagi yang lain, kondisi bisa menghancurkan lengkap karena kurangnya kontrol usus.
Inkontinensia tinja bisa disertai dengan masalah usus lainnya, seperti:
* Diare
* Sembelit
* Kentut dan kembung
* Kram perut
Perawatan
Untungnya, perawatan efektif tersedia untuk inkontinensia tinja. Dokter umum kemungkinan dapat membantu mengatasi masalah. Atau juga bisa menemui dokter yang mengkhususkan diri dalam menangani kondisi yang mempengaruhi usus besar, rektum dan anus, seperti pencernaan, proktologis atau ahli bedah kolorektal. Pengobatan untuk inkontinensia tinja biasanya dapat membantu memulihkan kontrol buang air besar atau setidaknya secara substansial mengurangi keparahan kondisi.
Tergantung pada penyebab inkontinensia, pengobatan dapat mencakup perubahan pola makan, obat-obatan, latihan khusus yang membantu lebih mengontrol perut atau pembedahan.
Konstipasi atau sering disebut sembelit adalah kelainan pada sistem pencernaan di mana seorang manusia (atau mungkin juga pada hewan) mengalami pengerasan feses atau tinja yang berlebihan sehingga sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan dapat menyebabkan kesakitan yang hebat pada penderitanya. Konstipasi yang cukup hebat disebut juga dengan obstipasi. Dan obstipasi yang cukup parah dapat menyebabkan kanker usus yang berakibat fatal bagi penderitanya.
Pengobatan
Setiap tahunnya kira-kira lebih dari 2,5 juta orang pergi ke dokter karena masalah konstipasi. Pengobatan dan peredaan konstipasi secara alami dapat dilakukan dengan pengubahan pola makan menjadi lebih sehat, rajin berolahraga, memijat perut, minum air putih sebanyaknya, meminum minuman prebiotik dan probiotik, atau membiasakan diri untuk buang air besar setiap hari dengan membuat jadwal buang air besar yang disebut bowel training.
Sedangkan dengan cara sedikit dipaksa yang biasanya untuk penderita obstipasi, yaitu dengan mengonsumsi obat pencahar disebut laksatif (yang kadang-kadang menyebabkan perut terasa melilit berlebihan, tinja berbentuk cair, atau bahkan ketergantungan obat pencahar), penghisapan tinja atau feses dengan alat khusus, terapi serat, dan pembedahan (walaupun pilihan ini cukup jarang dilakukan).
Agar penderita konstipasi dapat cepat sembuh, maka penderita dilarang:
- Menahan buang air besar
- Mengkonsumsi makanan siap saji dan bersifat panas
- Makan dalam porsi yang banyak
- Meminum minuman yang berkafein dan soft drink
Model tinja atau feses 1 (konstipasi kronis), 2 (konstipasi sedang) dan 3 (konstipasi ringan) dari Bristol Stool Chart yang menunjukkan tingkat konstipasi atau sembelit.
Konstipasi atau sembelit adalah keluhan pada sistem pencernaan yang paling umum dan banyak ditemui di masyarakat luas termasuk di sekitar kita. Bahkan diperkirakan sekitar 80% manusia pernah mengalami konstipasi atau sembelit. Penyebab umum konstipasi atau sembelit yang berada disekitar kita antara lain karena kekurangan cairan tubuh atau dehidrasi, menderita panas dalam, stres dalam pekerjaan, aktivitas yang padat, pengaruh hormon dalam tubuh,Usus kurang elastis (biasanya karena sedang dalam masa kehamilan atau usia lanjut), kelainan anatomis pada sistem pencernaan, gaya hidup yang buruk, efek samping akibat meminum obat tertentu (misalnya obat antidiare, analgesik, dan antasida), kekurangan asupan vitamin C, disebakan oleh penyakit, menahan rangsangan untuk buang air besar dalam jangka waktu yang lama dan seharusnya segera dikeluarkan dan dibuang, kekurangan makanan berserat, karena usia lanjut, dan masih banyak lainnya.
Gejala dan tanda akan berbeda antara seseorang dengan seseorang yang lain, karena pola makan, hormon,gaya hidup dan bentuk usus besar setiap orang berbeda-beda, tetapi biasanya gejala dan tanda yang umum ditemukan pada sebagian besar atau kadang-kadang beberapa penderitanya adalah sebagai berikut:
1. Gejala fisik
- Perut terasa begah, penuh, dan bahkan terasa kaku.
- Tubuh tidak fit, tidak nyaman, lesu, cepat lelah, dan terasa berat sehingga malas mengerjakan sesuatu bahkan kadang-kadang sering mengantuk.
- Sering berdebar-debar sehingga mudah stres, sakit kepala atau bahkan demam.
- Tinja atau feses lebih keras, lebih panas, berwarna lebih gelap daripada biasanya, dan jumlahnya lebih sedikit daripada biasanya.
- Pada saat buang air besar feses atau tinja sulit dikeluarkan atau dibuang, tubuh berkeringat dingin, dan kadang-kadang harus mengejan ataupun menekan-nekan perut terlebih dahulu supaya dapat mengeluarkan dan membuang tinja (bahkan sampai mengalami ambeien).
- Terdengar bunyi-bunyian dalam perut.
- Bagian anus atau dubur terasa penuh, tidak plong, dan terganjal sesuatu disertai sakit akibat bergesekan dengan tinja atau feses yang kering dan keras atau karena mengalami ambeien atau wasir sehingga pada saat duduk terasa tidak nyaman.
- Lebih sering buang angin yang berbau lebih busuk daripada biasanya.
- Menurunnya frekwensi buang air besar, dan meningkatnya waktu buang air besar (biasanya buang air besar menjadi 3 hari sekali atau lebih lama lagi).
- Terkadang mual dan muntah.
2. Gejala psikologis
- Mudah emosi.
- Lebih suka menyendiri.
- Gelisah.
- Susah tidur.
- Kurang percaya diri.
- Kurang bersemangat.
Gangguan kulit
Gangguan kulit biasanya jarang ditemukan pada penderita konstipasi biasa dan lebih rentan menyerang penderita obstipasi. Apabila si penderita memilliki daya tahan tubuh yang lemah maka gangguan tersebut akan semakin tampak. Penyebabnya karena racun atau toksin yang berasal dari tinja menumpuk di usus besar dan membebani kinerja hati. Karena kinerja hati terbebani, maka toksin itu menyebar ke seluruh tubuh. Gejala akibat penyebaran toksin inilah yang dapat langsung terlihat pada kulit penderita. Gangguan yang dapat terjadi misalnya kulit kusam, flek hitam, jerawat, eksim, dan sebagainya. Biasanya gangguan-gangguan ini hanya dapat hilang bila si penderita sudah sembuh dari konstipasi atau obstipasi.
Diare (atau dalam bahasa kasar disebut menceret) (BM = diarea; Inggris = diarrhea) adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami rangsangan buang air besar yang terus-menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki kandungan air berlebihan. Di Dunia ke-3, diare adalah penyebab kematian paling umum kematian balita, dan juga membunuh lebih dari 1,5 juta orang per tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar